Selasa, 20 Maret 2012

CARA MUDAH MEMBUKA FILE PDF YANG TERKUNCI

CARA MUDAH MEMBUKA FILE PDF YANG TERKUNCI
 
Dengan  sofware ini anda akan dengan mudah membuka atau copy-paste file pdf yang terkunci.
 
ikuti langkah-langkah dibawah ini :
1. Download software PDFUnlocker disini
2. Install PDFUnlocker
3. Setelah di install, pada desktop akan muncul shortcut PDFUnlocker
4. Cari file pdf anda yang terkunci
5. Lakukan click-drug dengan cara klik dan tahan file pdf anda lalu jalankan menuju shortcut PDFUnlocker dan jatuhkan file tersebut ke shortcut PDF Unlocker
6. Tunggu hingga file pdf selesai diproses
7. Setelah selesai, kembali lagi ke folder tempat anda menyimpan file pdf sebelumnya
anda akan menemukan copy-an file pdf sebelumnya dengan nama berubah yaitu “namapdf_noPW” yang berarti file pdf tersebut tidak ada passwordnya.
8. Buka file pdf yang telah dibuka passwordnya tadi, gambar kunci yang berwarna kuning pun hilang
9. Jadi, sekarang anda dapat melakukan copy-paste seperti biasa

semoga bermanfaat guys...thanks you \(^_^)/

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN


EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN 
Definisi dari epidemiologi lingkungan ( define the term environmental epidemiology)
Istilah epidemiologi lingkungan mengacu pada studi tentang penyakit dan kondisi kesehatan (yang terjadi pada populasi / masyarakat ) yang dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan.
Epidemiologi Lingkungan adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor penentu kesehatan dan penyakit, morbiditas, cedera, cacat, dan kematian pada populasi atau ilmu yang menganalisis hubungan agent di lingkungan dengan dampak kesehatan padamasyarakat, yang mempelajari distribusi(penyebaran) dan determinan (faktor resiko)penyakit dalam kelompok masyarakat.
Epidemiologi Lingkungan adalah Ilmu yang mempelajari efek dari faktor fisika, biologi dan kimia di lingkungan eksternal terhadap kesehatan manusia, dalam artian luas.
     
     Uraikan tiga peristiwa bersejarah dalam epidemiologi lingkungan (Describe three major historical events in environmental epidemiology)
a.       Hippocrates
Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca-Socrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memandang kejadian penyakit. Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara ‗host-agent-environment‘ (penjamu-agen-lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs, Waters and Places" (Tentang Udara, Air, dan Tempat) yang diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Pandangan Hippocrates tentang kausa penyakit dipengaruhi oleh filsafat Empat Elemen dan Humoralisme Yunani kuno. Sebagai contoh, Hippocrates menegaskan peran penting iklim, sifat-sifat udara, angin, kualitas udara dan air, bagi kesehatan. Sebuah kutipan dari buku itu menyebutkan, “Whoever wishes to investigate medicine properly should proceed thus: in the first place to consider the seasons of the year, and what effects each of them produces. Then the winds,the hot and the cold, especially such as are common to all countries, and then such as are peculiar to each locality” Artinya, siapapun yang ingin mempelajari ilmu kedokteran dengan benar hendaknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama-tama pertimbangkan musim sepanjang tahun dan efek yang dihasilkannya. Lalu angin, yang panas maupun dingin, terutama yang dialami oleh semua negara, lalu yang dialami secara khusus oleh daerah setempat.
Kausa penyakit menurut Hippocrates tidak hanya terletak pada lingkungan, tetapi juga dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam bukunya “On the Sacred Disease” Hippocrates menyebutkan bahwa epilepsi bukan merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan suatu penyakit otak yang diturunkan.
b.      Sir Percival Pott
Saat dunia ilmiah mulai berkembang sehingga setiap penemuan selalu berdasarkan proses penelitian, Sir Percival Pott pada 1775 dengan tegas menyatakan, cancer disebabkan oleh carcinogen. Pada 1900-an, kanker hati adalah penyakit sel yang kehilangan kendali proliferasi.
Pada tahun 1775, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah. Penelitian ini berhasil melahirkan Chimney-sweeps Act pada tahun 1788.
c.       John Snow
Pada paroh pertama abad ke 19 terjadi pandemi kolera di berbagai belahan dunia. Epidemi kolera menyerang London pada tahun 1840an dan 1853-1854. Pada zaman itu sebagian besar dokter berkeyakinan, penyakit seperti kolera dan sampar (The Black Death) disebabkan oleh “miasma” (udara kotor) yang dicemari oleh bahan organik yang membusuk. Seorang dokter bernama John Snow memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dengan dokter lainnya. Pada waktu itu belum dikenal Teori Kuman (Germ Theory).
Merupakan orang pertama yang menemukan bahwa wabah kolera yang terjadi di Soho, London, pada 1854 sangat terkait dengan sumber air yang digunakan penduduk. Pada saat itu belum ditemukan mikroskop sehingga orang tidak mengetahui apa saja yang terdapat di dalam air. Akan tetapi, John Snow sangat yakin, wabah kolera disebabkan sumber air yang digunakan masyarakat. Ia mencabut pompa air yang digunakan masyarakat sehingga sumber air tersebut tidak dapat digunakan dan wabah kolera kemudian mereda.
 download jurnal epidemiologi lingkungan disini


Rabu, 04 Mei 2011

FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS KEBIJAKAN


Faktor penentu efektivitas kebijakan
Christopher C. Potter & Jennifer Harries

Ada militer lama mengatakan: "Armchair jenderal strategi bicara, bicara profesional logistik". reformasi kebijakan sektor kesehatan Banyak yang didorong kurang dengan bukti daripada strategi kursi dibentuk oleh ideologi yang sering menunjukkan hal kecil untuk realitas praktis. Para ideolog mempromosikan strategi mereka selama lebih - atau kurang - keterlibatan pasar, retribusi dan devolusi, tetapi, sebagai Siddiqi et al. menunjukkan dalam edisi ini Buletin, ketika datang ke implementasi faktor pembatas adalah realitas lokal.
strategi Armchair di think tank seluruh dunia terlalu sering berasumsi bahwa kondisi di seluruh negara homogen: bahwa karena pendekatan bekerja di satu negara itu harus bekerja di tempat lain, meskipun berbeda hukum dan administrasi, sistem dan nilai-nilai tradisi, dan lingkungan fisik dan keamanan. Siddiqi et al. mengingatkan kita bahwa kesehatan dan subsistem perusahaan tidak bekerja dalam isolasi. Mereka melihat keterbatasan praktis dari penerapan strategi dan menyimpulkan: "pertimbangan cermat dan analisis mendalam tentang konteks lokal sangat penting sebelum memutuskan mendukung outsourcing versus penyediaan langsung" (pelayanan). Persetujuan kebutuhan tender pengaturan dan kapasitas untuk beroperasi mereka - kita bisa menambahkan, tanpa gangguan eksternal. Mereka juga mencatat pentingnya pengaturan pemantauan, dan bahwa pengaturan tersebut tergantung pada pengumpulan informasi manajemen yang handal (termasuk dari sektor non-pemerintah). Persetujuan juga membutuhkan suatu sistem yang dapat mengambil tindakan dalam kasus-kasus non-kinerja atau ketidakpatuhan, sekali lagi tanpa gangguan eksternal. Kontrak tergantung pada pemerintah bersedia dan mampu membayar kontraktor tepat waktu.
The Dahlgren & Whitehead "faktor-faktor penentu kesehatan" model telah menjadi aksioma dalam wacana kebijakan kesehatan publik. Demikian pula, sekarang saatnya kita diakui bahwa kebijakan sektor kesehatan yang bersarang dalam sistem yang lebih luas yang sangat menentukan efektivitas mereka (lihat Gambar. 1). Apa yang kita sebut "penentu kebijakan efektivitas" model (seperti yang berlaku untuk lebih dari sekedar kebijakan kesehatan) mengingatkan kita bahwa ada faktor membatasi efektivitas rencana grand reformis kursi. Kita harus mempertimbangkan banyak hal: realitas sistem administrasi publik dan aturan di dalam yang begitu banyak kebijakan kesehatan harus beroperasi, pelatihan lokal dan sistem pendidikan dan bagaimana mereka mempersiapkan profesional, dan nilai-nilai budaya dan ekonomi yang berlaku. Apakah informasi, misalnya, diperlakukan dengan hormat dan dikumpulkan dan dicatat secara akurat dan tepat waktu? Apakah semua laki-laki dan perempuan diperlakukan sama dengan hormat dan bermartabat? Seberapa sering politisi mengganggu dengan kontrak dan penunjukan staf Kita juga harus mempertimbangkan sektor komersial dan sistem hukum dan apakah praktek-praktek mereka adalah kongruen dengan reformasi yang diusulkan, tingkat kekayaan umum dan sistem pemerintahan yang memfasilitasi atau membatasi ruang lingkup untuk korupsi, dan sikap terhadap mereka yang tertangkap. Seorang birokrat senior India telah menulis secara terbuka tentang korupsi di India, 4,5 dan pentingnya korupsi di sektor kesehatan di seluruh dunia telah cukup dijelaskan oleh laporan tahun ini dari Transparansi Internasional.
salah satu yang diusulkan panaceas - lebih pemerintah penyediaan layanan kesehatan, keterlibatan pasar, keterlibatan organisasi nonpemerintah, subsidiaritas, perawatan primer terpadu, "jalan ketiga" pendekatan, dll - akan bekerja efektif sampai kita mengetahui adanya dampak dari konteks dan lingkungan di mana mereka diharapkan untuk berhasil. pengembangan kapasitas sistemik menarik perhatian kita kepada kebutuhan untuk analisis rinci tentang kekurangan kapasitas dalam sektor kesehatan. 7 penentu model efektivitas kebijakan mengingatkan kita perlu untuk melihat keluar juga. Bahkan mungkin bahwa untuk reformasi layanan kesehatan untuk menjadi sukses kita perlu memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan up-stream dan mencari kecepatan yang lebih besar perubahan dalam sistem politik, hukum, komersial, pendidikan dan administratif yang sukses mengandalkan kebijakan kesehatan.
Daftar Pustaka
1. Siddiqi S, Masud TI & Sabri B. Contracting but not without caution: analysis of outsourcing of health services in countries of the Eastern Mediterranean Region. Bull World Health Organ 2006; 84:867-75.
2. Dahlgren G, Whitehead M. Policies and strategies to promote social equity in health. Stockholm: Stockholm Institute for Further Studies; 1991.
3. Bocij P, Chaffey D, Greasley A, Hickies S. Business information systems, 3rd ed. London: Penman Education Ltd.; 2006.
4. Das SK. Civil service reform and structural adjustment. New Delhi: Oxford University Press; 1998.
5. Das SK. Public office, private interest: bureaucracy and corruption in India. New Delhi: Oxford University Press; 2001.
6. Transparency International. Corruption and health. London: Pluto Press; 2006.
7. Potter C, Brough R. Systemic capacity building: a hierarchy of needs. Health Policy Plan 2004; 19:336-45

biar kagak copas..mending download ajah dimari klik sini .....

Selasa, 22 Maret 2011

AIR BORNE DISEASE

PENYAKIT TBC (TUBERKULOSA)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini. Menurut WHO TBC adalah Tuberkulosis atau TBC, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru. Hal ini ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan dari tenggorokan dan paru-paru orang-orang dengan penyakit pernapasan aktif.
Pada orang sehat, infeksi Mycobacterium tuberculosis sering tidak menyebabkan gejala, karena sistem kekebalan seseorang bertindak untuk "dinding off" bakteri.Gejala-gejala TB aktif paru adalah batuk, kadangkadang dengan sputum atau darah,sakit dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam dan berkeringat di malam hari. TBC dapat disembuhkan dengan kursus enam bulan antibiotik
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.
TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.
Manifestasi Klinis
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.
Gejala Umum :
· Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
Gejala lain yang sering dijumpai :
· Dahak bercampur darah
· Batuk darah
· Sesak nafas dan rasa nyeri dada
· Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

FAKTOR ORANG TERKENA TBC
Daya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi.
Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahanlahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif
Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB
Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.
Orang Berusia Lanjut atau Bayi
Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.

Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kaliditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasabeliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
1.      Gejala umum (Sistemik)
a.       Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b.      Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c.       Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d.      Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.      Gejala khusus (Khas)
a.       Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b.      Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c.       Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d.      Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Diagnosis pada TBC
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :
1.      Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2.      Pemeriksaan fisik secara langsung.
3.      Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4.      Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5.      Rontgen dada (thorax photo).
6.      dan Uji tuberkulin.
Pengobatan Penyakit TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

Referensi :
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI


FOOD AND WATER BORNE DISEASE


KOLERA
Definisi
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita  kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).
Kolera adalah penyakit kemiskinan, dan berhubungan erat dengan sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum bersih. Pada sebagian besar kasus, hal itu ditandai dengan akut, diare berair sedalam-dalamnya satu atau beberapa hari lamanya. Dalam bentuknya yang paling ekstrem, ini adalah salah satu yang paling fatal penyakit menular dengan cepat diketahui. Beban penyakit global diperkirakan 3-5 juta kasus dan 100 000-130 000 kematian per tahun, dengan kedua anak-anak dan orang dewasa yang terkena dampak. Selama tahun-tahun terakhir, berlarut-larut wabah telah terjadi di Angola, Ethiopia, Somalia, Sudan, dan Vietnam utara. Epidemi di Zimbabwe berlangsung selama hampir satu tahun dan tersebar di seluruh negeri (dengan lebih dari 98 000 kasus termasuk lebih dari 4 000 kematian seperti pada akhir Juli 2009) dan untuk tetangga Zambia dan Afrika Selatan.
Sebuah update untuk posisi WHO makalah tentang vaksin kolera (pertama diterbitkan pada tahun 2001) yang diterbitkan di Weekly Epidemiological Record WHO pada 26 Maret 2010. Mengingat ketersediaan dua vaksin kolera oral dan data tentang kemanjuran mereka, bidang-efektivitas dan kelayakan, vaksin ini harus digunakan, dalam hubungannya dengan pencegahan dan pengendalian strategi, di daerah di mana penyakit ini endemik. Penggunaan vaksin juga harus dipertimbangkan di daerah beresiko untuk wabah. Kedua vaksin telah ditunjukkan untuk memberikan perlindungan dari > 50% yang berlangsung selama dua tahun di situasi endemik. Satu, Dukoral, telah ditunjukkan untuk memberikan jangka pendek yang tinggi perlindungan dalam semua kelompok umur di 4-6 bulan setelah vaksinasi, dan juga memberikan perlindungan jangka pendek terhadap Enterotoxigenic Escherichia coli. Yang lain, izin sebagai mORCVAX di Vietnam dan di India Shanchol, telah menunjukkan perlindungan jangka panjang pada anak-anak di bawah lima-tahun, tidak memerlukan air untuk administrasi, memerlukan lebih sedikit ruang penyimpanan dan lebih murah untuk diproduksi.
Vaksinasi harus dilaksanakan sebagai bagian dari program yang komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan kolera. Program juga harus mencakup perawatan yang tepat untuk orang dengan kolera (terutama prompt rehidrasi), dan kualitas air dan perbaikan sanitasi
Penyebaran Penyakit Kolera
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.
Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yg dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :
1.      Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
2.      Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
3.      Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4.      Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
5.      Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6.      Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
7.      Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
Pencegahan Terhadap Penyakit Kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, serangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

Pengobatan Terhadap Penyakit Kolera

Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.

Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia

 

Diagnosis Penyakit Kolera

Diagnosis kolera meliputi diagnosis klinis dan bakteriologis, dalam menegakkan diagnosis pada penyakit kolera yang berat, terutama pada suatu daerah endemik, tidaklah sukar. Kesukaran menegakkan diagnosis biasanya terjadi pada kasus-kasus yang ringan dan sedang, terutama di luar endemi atau epidemi. Dasar pengobatan kolera ialah simtomatik dan kausal berupa penggantian cairan dan elektrolit dengan segera.
Dengan mengetahui keadaan klinis yang cepat dan tepat maka pengobatan dapat dilakukan segera, sambil menyiapkan diagnosis secara bakteriologis sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh wabah kolera.
A.    Diagnosis
Masa inkubasi : 3 – 6 hari
a.       Keluhan pokok
1.      Tiba-tiba diare :
2.      Tinja yang encer/lembek
3.      Diikuti oleh cairan yang menyerupai air cucian beras, berbau amis
4.      Mual – muntah menyusul diare.
b.      Tanda penting
1.      Dehidrasi (turgor kulit jelek, mata dan pipi cekung)
2.      Jari-jari keriput
3.      Asidosis
4.      Syok : nadi cepat dan kurang berisi, tensi turun, keringat dingin
c.   Pemeriksaan laboratorium
·         Hipokalemi
B.  Komplikasi
Gagal ginjal akut

Penatalaksanaan Penyakit Kolera
A.    Terapi umum
1.      Dasarnya mengganti cairan dan elektrolit
2.      Keadaan ringan dan sedang cukup minum oralit, aqua atau air kelapa.
3.      Kalau dehidrasi berat harus dengan cairan infuse
B.     Istirahat
1.      Istirahat di rumah sakit
2.      Larutan ringer laktat dan larutan garam fisiologis
C.     Diet
1.      Diet bebas
D.    Medikamentosa
1.      Obat pokok :
a.       tetrasiklin 3 x 500, 2-3 hari.
b.      kloramfenikol sama dengan tetrasiklin
c.       Streptomisin peroral
d.      Tanpa antibiotik dapat sembuh sendiri, asal masukan dan elektrolit mencukupi.
2.    Obat alternatif

DAFTAR PUSTAKA


Nama : Moh Arifrahman S
NIM  : E2A009017
FKM UNDIP SEMARANG